Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang luar biasa terhadap semua lini kehidupan. Melalui survei yang dilakukan Desa Wisata Institute (2 sd. 8 April 2020), diketahui bahwa dampak pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh masyarakat di desa wisata yang tersebar di Indonesia. Dari survei tersebut, setidaknya terdapat 11,3% masyarakat yang kehilangan profesinya. Sementara di survei putaran kedua (15 s.d 20 April 2020), diketahui setidaknya terdapat 3.539 jiwa petugas operasional harian desa wisata yang merasa kehilangan pendapatannya dari usaha bisnis di desa wisata.
Banyak pakar pariwisata yang juga memprediksi, bahwa pandemi Covid-19 ini akan mempengaruhi perilaku calon wisatawan, yang kemudian disebut sebagai kondisi ‘new normal’. Namun di sisi lain, adanya pandemi Covid-19 ini memberikan hikmah bagi banyak negara yang cukup bergantung pada sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi daerah. Misalnya saja di Jakarta, yang membuat kualitas udara menjadi lebih baik akibat berlakunya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Sementara di perairan Italia, seekor lumba-lumba terlihat berenang di sepanjang dermaga di Cagliria. Sebelumnya, lumba-lumba sangat jarang terlihat di kawasan ini.
Adanya pandemi Covid-19 yang telah mewabah ke 88 negara seakan memberikan berkah tersembunyi yang membuat banyak destinasi wisata, termasuk juga desa wisata untuk dapat ‘istirahat sejenak’ dan memberikan kesempatan kepada alam untuk memperbaiki dirinya.
Di sisi lain, Desa Wisata Institute melihat banyak desa wisata yang justru turun semangat dalam mengelola destinasi wisata. Terlebih lagi bagi mereka yang baru merintis dalam mengembangkan desa wisata. Masa tanggap darurat ini harusnya dapat menjadi momentum untuk melakukan refleksi sekaligus peremajaan destinasi, baik dalam bentuk perbaikan, perawatan, maupun peningkatan keterampilan dan kapasitas sumber daya manusia.
Dalam survei putaran ketiga, kami mencoba untuk mengetahui seberapa besar harapan pengelola desa wisata terhadap program pemerintah. Dalam masa-masa tanggap darurat ini, data menunjukkan adanya harapan besar dari pengelola desa wisata untuk mendapatkan bantuan perbaikan destinasi. Sementara di urutan kedua adalah bantuan pemasaran, disusul kemudian pelatihan keterampilan SDM.
Meski beberapa desa wisata telah melakukan promosi, sejauh ini konten promosi desa wisata masih dianggap kaku dan belum cukup menarik bagi wisatawan. Untuk itu, kelas webinar seri dua puluh ini akan membahas bagaimana mengenalkan desa wisata lewat penceritaan (storytelling), yang kemudian dapat digunakan sebagai materi promosi desa wisata.

Hal lain yang harus kita ketahui bersama juga, bahwa desa wisata sangat berbeda dengan objek wisata, di mana desa wisata lebih menekankan atraksi yang apa adanya, tidak dibuat-buat, dan berakar pada kearifan lokal masyarakat setempat. Untuk itu, konten kreatif dan storytelling haruslah dikuasai oleh pengelola desa wisata.
Pada kelas sebelumnya, kami telah menghadirkan beberapa narasumber yang berprofesi sebagai pelaku digital, seperti pemimpin redaksi majalah penerbangan, travel blogger, digital marketer, maupun travel fotografer. Untuk itu, kelas webinar seri dua puluh ini menjadi lanjutan dari kelas-kelas sebelumnya yang ditujukan untuk mengajak peserta (pengelola desa wisata, pelaku usaha wisata, dan umum) untuk dapat menggali dan menuliskan kembali kisah/cerita menarik tentang potensi desa.
Bagi Anda yang berminat mengikuti kelas webinar ini, silakan mendaftar melalui link di bawah ini.