Webinar Seri 7: Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal dan Ketangguhan dalam Mengurangi Risiko Bencana
Bukan sebuah rahasia lagi bahwa bencana alam merupakan tantangan yang cukup sering dihadapi oleh bangsa Indonesia. Di tahun 2019 saja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat setidaknya telah terjadi 3.768 bencana alam di negeri ini. Belum lagi bencana biologis seperti pandemi Covid-19 yang kini melanda dunia.
Tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan akan sering terjadi bencana alam lain. Kita memang tidak bisa menghilangkan potensi bencana. Namun, kita bisa mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan dengan persiapan mitigasi bencana. Kesiapan dan upaya mitigasi inilah yang menjadi kunci dalam menghadapi suatu bencana.
Nenek moyang kita sejak zaman dulu ternyata telah mewariskan kearifan lokal sebagai upaya untuk memitigasi bencana. Misalnya, masyarakat suku Baduy yang melakukan tradisi Huma agar tidak terjadi bencana kebakaran hutan dan tanah longsor; masyarakat suku Minang yang membangun rumah tradisional Gadang yang tahan gempa; dan cerita rakyat Smong milik leluhur masyarakat Simeuleu yang selamatkan penduduk dari amukan tsunami. Konsep mitigasi bencana yang dikemas dalam kearifan lokal ini terbukti efektif dalam mengurangi dampak bencana.
Lantas, bagaimana konteksnya pada desa wisata? Adakah kearifan lokal mitigasi bencana yang berkembang di masyarakat desa wisata? Bagaimana kearifan lokal dapat memitigasi dan mengurangi risiko bencana di desa wisata tersebut?

Untuk mengulasnya lebih lanjut, Desa Wisata Institute memantik diskusi publik dalam Webinar Seri 7: “Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal dan Ketangguhan dalam Mengurangi Risiko Bencana”. Pada kelas webinar ini, Desa Wisata Institute menghadirkan Ketua Yayasan Desa Wisata Nusantara (Dewanusa) sekaligus penggiat pariwisata berkelanjutan Eksotikadesa, M. Panji Kusumah, S.S.
Bagi Anda yang berminat mengikuti kelas webinar ini, silakan mengisi formulir daring melalui tautan di bawah ini.