
Kecenderungan pariwisata dewasa ini ditandai oleh kuatnya permintaan terhadap produk dan layanan berkualitas standar. Pasar pariwisata juga menuntut produk yang beragam dan unik sebagai daya tarik yang penting. Kecenderungan ini tidak hanya terjadi di level internasional, tetapi juga di tingkat nasional, khususnya di Kabupaten Kulon Progo.
Di satu sisi, saat ini seluruh wilayah sedang menghadapi masa sulit karena pandemi COVID-19. Sektor pariwisata yang diunggulkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat tidak dapat bekerja secara maksimal lantaran adanya pembatasan pergerakan wisatawan. Untuk itu, diperlukan penguatan kapasitas sumber daya manusia di desa wisata, khususnya untuk menyambut era baru atau postcovid dengan protokol CHSE, yaitu Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan)

Selama satu bulan penuh (September s.d Oktober 2021), tim Desa Wisata Institute ikut dilibatkan dalam kegiatan pendampingan 14 desa wisata yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo. Adapun mentor yang ditugaskan dalam kegiatan ini di antaranya ialah Yitno Purwoko, S.E., M.Sc selaku koordinator, serta Hannif Andy Al Anshori, S.Par dan Andi Irawanto sebagai pendamping.
Pascapendampingan, Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo juga menggelar lomba Pesona Desa Wisata dengan menunjuk salah satu pendiri sekaligus mentor Desa Wisata Institute, yaitu Tri Harjono sebagai salah satu dewan juri. Hasil rangkaian kegiatan tersebut, baik pendampingan dan gelar pesona desa wisata telah menghasilkan rekomendasi yang bisa menjadi Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo.
Salah satu rekomendasi yang dinilai memiliki urgensi yang cukup tinggi adalah kegiatan pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan dengan menggandeng praktisi/mentor yang berpengalaman. Di samping itu, Dinas Pariwisata diharapkan dapat menyelenggarakan workshop, pendidikan serta pelatihan pengembangan SDM secara rutin, khususnya sesuai dengan kebutuhan desa wisata, seperti teknik kepemanduan, pelayanan prima/hospitality, pemasaran digital, pengemasan paket wisata, penguatan kelembagaan, storytelling, dan sertifikasi di bidang kepemanduan.


