
Pada 15 s.d 20 April 2020, Desa Wisata Institute melakukan survei cepat mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap desa wisata di Indonesia. Adapun kegiatan ini merupakan survei lanjutan Desa Wisata Institute yang pernah dilakukan sebelumnya pada putaran pertama (2 s.d 8 April 2020).
Tujuan dilakukan survei cepat putaran kedua ini untuk melihat serta memetakan program yang diharapkan oleh para pengelola desa wisata, baik di masa pandemi maupun pascapandemi Covid-19.
Adapun survei cepat putaran kedua ini mampu menjaring sebanyak 80 responden pengelola desa wisata. Namun setelah dilakukan proses verifikasi data, hanya terdapat 70 responden yang valid.
Adapun usulan program yang kami petakan terbagi menjadi jangka pendek (Maret – Mei 2020) dan panjang (Juni – Desember 2020) dengan detail usulan program sebagai berikut.
Program jangka pendek
Untuk bidang destinasi, sebanyak 70 pengelola desa wisata yang tersebar di 30 kabupaten/kota mengharapkan bantuan pemerintah berupa; 1) fasilitasi penataan kawasan/destinasi; 2) penambahan sarana penunjang kebersihan di desa wisata; 3) fasilitasi wahana/penambahan atraksi baru; 4) pengembangan/pengemasan paket wisata baru; 5) pelatihan pemasaran digital/online.
Di bidang kelembagaan dan sumber daya manusia, adapun bantuan program yang diharapkan adalah; 1) fasilitasi penguatan kelembagaan di desa wisata/tata kelola, termasuk juga mitigasi bencana serta K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja); 2) fasilitasi program pelatihan (virtual tour, bahasa Inggris, dan pemasaran) yang berbasis teknologi digital; 3) pengembangan SDM di desa wisata yang berkarakter dan inovatif; 4) fasilitasi capacity building bagi pengelola desa wisata; 5) fasilitasi dan peningkatan pelaku wisata lokal yang berkaitan dengan pelayanan prima (teknik kepemanduan dan layanan komunikasi); 6) fasilitasi/pendampingan psikologi dan sosial bagi masyarakat desa wisata yang terdampak Covid-19 secara langsung.
Sementara di bidang industri kreatif, adapun bantuan program yang diharapkan adalah; 1) bantuan modal; 2) fasilitasi pemasaran terpadu berbasis teknologi digital; 3) peningkatan jiwa wirausaha sosial; 4) fasilitasi keringanan bagi pemilik cicilan/kredit yang harus dibayarkan semasa pandemi Covid-19; 5) bimbingan teknis produksi dan desain untuk kerajinan lokal; dan 6) fasilitasi kartu prakerja utamanya bagi masyarakat di desa wisata.
Program jangka panjang
Untuk bidang destinasi, sebanyak 70 pengelola desa wisata yang tersebar di 30 kabupaten/kota mengharapkan bantuan pemerintah berupa; 1) pengembangan dan perbaikan infrastruktur di desa wisata; 2) penambahan papan informasi/interpretasi/SOP bagi wisatawan dalam dua bahasa; dan 3) pengembangan integrated farming & tourism.
Di bidang kelembagaan dan sumber daya manusia, adapun bantuan program yang diharapkan adalah; 1) peningkatan SDM di bidang sistem informasi dan promosi berbasi digital; 2) pendampingan bagi pengelola desa wisata secara berkelanjutan (sesuai dengan standar kompetensi); dan 3) pendampingan pelaku seni budaya di desa wisata agar dapat mengemas cerita lokal/rakyat menjadi sebuah pertunjukan kesenian.
Sementara di bidang industri kreatif, adapun bantuan program yang diharapkan adalah; 1) dukungan bagi UMKM agar mampu mengekspor produk yang dihasilkan; 2) peningkatan kapasitas pelaku industri kreatif melalui kegiatan pemasaran online, pengemasan produk, dan kualitas standar produk berstandar nasional; 3) pengembangan event/festival berkarakter lokal yang mampu diangkat menjadi brand desa wisata; 4) dukungan permodalan, akses pasar, serta kemitraan dengan lembaga lain seperti CSR perusahaan.
Catatan: Saat ini, kami telah mendalami seluruh kebutuhan program yang dibutuhkan oleh desa wisata seluruh Indonesia, baik di masa pandemi maupun pascapandemi Covid-19. Untuk informasi yang lebih detail dan lengkap, hubungi kami melalui surel (info@desawisatainstitute.com) atau 085729108650.
Diolah oleh:
Destha Titi Raharjana & Hannif Andy Al Anshori
Surveyor:
Doto Yogantoro, Rokhmadu Inuhayi, Yitno Purwoko, Andi Irawanto