
Istilah “imun” belakangan ini begitu populer, bersamaan maraknya pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Imun juga diistilahkan sebagai antibodi yang menjadi benteng tubuh manusia dalam melawan serangan mematikan virus tersebut.
Mencoba mengaitkan konsep “imun” dalam fenomena masyarakat, khususnya masyarakat desa wisata, adalah suatu hal yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam.
Sejatinya masyarakat desa memiliki berbagai “imun” dalam merawat kemandirian mereka secara komunal. Hasil survei Desa Wisata Institute menjadi temuan yang menarik untuk ditelaah bersama sebagai dasar modal sosial masyarakat, yang secara masif mengindikasikan karakter kemandirian sebenarnya sudah dimiliki oleh masyarakat di desa wisata.
Dari hasil survei tersebut, terdapat setidaknya 11,3% masyarakat kehilangan mata pencahariannya. Sementara sisanya, merasa tidak kehilangan pekerjaan karena masih memiliki profesi utama, baik sebagai petani, pekerja swasta, pengrajin, dan lainnya.
Hal yang dapat disimpulkan dari survei ini bahwa masyarakat memiliki kemandirian produktif dalam merawat eksistensi sosial mereka. Bahkan dapat dikatakan bahwa masyarakat desa memiliki karakter yang jauh lebih baik dibanding masyarakat perkotaan.
Inilah yang penting menjadi fokus dalam proses pemberdayaan masyarakat desa wisata ke depan. Bahwa konsep pemberdayaan bukan sekedar hal-hal yg hanya bersifat formatif belaka yang justru mengarah pada “disneyfication“.
Adapun komponen Imun Kemandirian tersebut di antaranya adalah kebersamaan, keikhlasan, ketahanmalangan, keberagaman, kedermawanan, dan lainnya.