Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI): Katalisator Pariwisata Pascapandemi
Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) merupakan program tahunan yang diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di era kepemimpinan Sandiaga S. Uno. Program ini hadir sebagai apresiasi dan katalisator pengembangan desa wisata. Namun, sejauh mana program ini berdampak pada perkembangan desa wisata secara berkelanjutan?
Sekilas tentang ADWI
Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) diluncurkan pada tahun 2021 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai respons terhadap krisis yang dihadapi sektor pariwisata akibat pandemi Covid-19. Program ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada desa-desa yang berhasil mengembangkan potensi lokal mereka serta mendorong transformasi sosial dan ekonomi di tingkat desa melalui pariwisata berbasis masyarakat. Saat ini, sekitar 6.109 desa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke telah terjaring sebagai desa wisata (Jadesta, 2025).
Pada tahun pertama pelaksanaannya, ADWI berhasil menarik perhatian 1.831 desa wisata yang mendaftar untuk berpartisipasi. Angka ini meningkat pesat pada tahun-tahun berikutnya. Sementara pada 2022 jumlah pendaftar melonjak menjadi 3.419 desa, 4.573 desa pada tahun 2023, dan meningkat drastis pada tahun 2024 dengan 6.016 desa wisata yang mendaftar.
Setiap tahun, tema yang diusung dalam ADWI mencerminkan visi pariwisata berkelanjutan Indonesia. Pada tahun 2021, tema yang diangkat adalah “Indonesia Bangkit”, mendorong industri parekraf bangkit pascapandemi Covid-19. Pada tahun 2024, ADWI mengangkat tema “Desa Wisata Menuju Pariwisata Hijau Berkelas Dunia”, menekankan pentingnya keberlanjutan dalam pengembangan pariwisata.
Kategori Penilaian
Kriteria penilaian dalam ADWI dirancang untuk mengevaluasi berbagai aspek dari pengembangan desa wisata. Pada tahun 2024, terdapat lima kategori utama yang menjadi fokus penilaian:
- Daya Tarik Wisata: Menilai keunikan dan daya tarik produk wisata yang ditawarkan.
- Amenitas: Menilai kualitas amenitas pariwisata dan fasilitas penunjang lainnya bagi kenyamanan wisatawan.
- Digital: Menilai pemanfaatan teknologi digital dalam pengelolaan desa wisata.
- Kelembagaan dan SDM: Mengevaluasi struktur organisasi pengelola desa serta kualitas sumber daya manusia.
- Resiliensi: Menilai kemampuan desa dalam menghadapi risiko lingkungan dan non-lingkungan.
Pendampingan ADWI
Tidak hanya sebagai ajang kompetisi dan penghargaan, ADWI juga menawarkan gagasan menarik dalam memastikan keberlanjutan pascapenghargaan. Mulai tahun 2024, terdapat 50 desa wisata terbaik telah mendapatkan pendampingan dan bantuan prasarana. Hal ini diwujudkan sebagai bentuk optimalisasi potensi, tata kelola kelembagaan, dan keberlanjutan desa wisata.
Dalam upaya tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggandeng berbagai mitra strategis, narasumber potensial, dan melibatkan beberapa tenaga ahli. Hannif Andy Al Anshori selaku founder dari Desa Wisata Institute mendapat kesempatan sebagai salah satu tenaga ahli kegiatan pendampingan desa ADWI 2024.



Pascapendampingan ADWI
Untuk mengukur dampak dan efektivitas pendampingan, tim tenaga ahli yang dikoordinatori oleh Wahyu Dwi Jaya melakukan survei yang ditujukan kepada 50 desa wisata yang telah mendapatkan pendampingan. Dalam survei tersebut, 42 dari 50 desa wisata telah memberikan respons/pendapatanya. Hasil survei menunjukkan berbagai dampak positif adanya pendampingan yang berlangsung selama lima hari.
1. Penguatan kelembagaan dan tata kelola desa wisata
Pendampingan ADWI memberikan banyak dampak positif dalam aspek kelembagaan dan tata kelola desa wisata. Dimulai dari peningkatan pemahaman dan wawasan tentang tata kelola desa wisata, memperkuat kolaborasi kelembagaan di level desa, meningkatkan kualitas pengelolaan daya tarik wisata, dan prosedur pengelolaan desa wisata.
2. Amenitas wisata yang berkelanjutan
Dalam aspek amenitas, program pendampingan ADWI telah membantu desa wisata dalam meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat terlibat dalam pengadaan homestay. Hal ini tentunya juga berdampak pada peningkatan jumlah tamu live in di homestay sehingga lama tinggal dan belanja wisatawan makin meningkat.
3. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
Selain berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan yang menginap di homestay, peningkatan jumlah kunjungan juga dirasakan sebagai dampak positif pendampingan ADWI. Kondisi ini dipengaruhi karena ajang ADWI dilihat sebagai kompetisi yang bergengsi di level nasional, sehingga banyak masyarakat yang penasaran akan aktraksi dari 50 desa wisata tersebut.
4. Pengemasan dan inovasi daya tarik wisata
Kegiatan pendampingan ADWI berdampak pada bertambahnya jenis paket wisata yang disesuaikan dengan tren pariwisata global, segmen pasar, dan karakteristik destinasi. Selain itu, masyarakat makin memahami cara menghitung harga, menyusun itinerary kegiatan wisata, dan membuat materi publikasinya.
5. Peningkatan keterampilan promosi dan perluasan pemasaran
Salah satu fokus utama pendampingan ADWI adalah mendorong desa wisata untuk lebih adaptif terhadap digitalisasi. Melalui pelatihan dan pendampingan, desa-desa wisata didorong untuk memanfaatkan platform digital, seperti media sosial dan marketplace guna meningkatkan eksposur dan pemasaran produk wisata mereka.
6. Peningkatan pemahaman terkait mitigasi
Pendampingan ADWI juga secara khusus ditujukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya mitigasi. Setiap narasumber dan tenaga ahli yang bertugas membantu masyarakat dalam meningkatkan manajemen risiko di setiap destinasi yang memiliki potensi kecelakaan tinggi. Dengan demikian, desa wisata bisa merumuskan prosedur keselamatan, manajemen kunjungan, dan upaya-upaya pelestarian lingkungan guna meminimalkan kecelakaan ataupun menghadapi krisis iklim.
Selain dampak positif yang telah disebutkan sebelumnya, skema pendampingan desa ADWI juga memiliki tujuan yang sangat penting, yaitu untuk memperkuat pemahaman dan praktik pariwisata berkelanjutan di tingkat desa. Dengan pendekatan yang holistik, pendampingan ini tidak hanya fokus pada peningkatan kualitas layanan dan infrastruktur wisata, tetapi juga mengedukasi masyarakat desa mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam, budaya, dan sumber daya lokal.
Hal ini diharapkan dapat menciptakan suatu ekosistem wisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan dan memberikan dampak sosial yang positif bagi masyarakat setempat. Melalui inisiatif ini, desa-desa wisata di Indonesia dapat berkembang secara berkelanjutan, menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi, dan pelestarian lingkungan serta budaya.
Bagaimana ADWI berperan sebagai katalisator?
1. Menjaring desa wisata terbaik yang berhasil dalam praktik pariwisata berkelanjutan
Setiap tahunnya, Kemenpar menentukan tema, kategori, serta indikator penilaian yang relevan. Selain sebagai persyaratan administratif, indikator ini berperan dalam memberikan acuan kepada desa wisata di Indonesia untuk melakukan praktik-praktik berkelanjutan. Dalam jangka panjang, ekosistem pengembangan desa wisata yang bijak dan bertanggung jawab dapat terwujud, pun desa-desa terbaik di setiap kategorinya dapat terjaring sebagai percontohan.
2. Tidak hanya kreativitas, tetapi juga kualitas
Indikator penilaian ADWI mendorong pengelola desa wisata tidak hanya kreatif dalam mengemas potensi wisata yang dimiliki, tetapi juga memperhatikan kualitas dan daya dukung destinasi. Hal ini dapat tercermin melalui aspek-aspek, seperti pelayanan, produk dan layanan wisata, kondisi amenitas, serta kesiapan manajemen risiko.
3. Wujud dukungan pemerintah terhadap peningkatan kualitas desa wisata
Salah satu dukungan Kemenpar dalam ADWI adalah bantuan sarana pariwisata. Namun, hal ini tentu tidak bisa didapatkan secara instan. Secara tidak langsung, hal ini mendorong para pengelola untuk bisa terlibat aktif dan memiliki kelembagaan yang kuat.
Penutup dan rekomendasi
Program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) bukan sekadar sebuah kompetisi biasa, melainkan sebuah inisiatif yang memiliki makna lebih mendalam dan luas bagi perkembangan desa wisata di seluruh Indonesia.
Kami menilai bahwa ADWI berhasil sebagai wadah yang mendokumentasikan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan dan pengembangan desa wisata, sekaligus menjadi panggung untuk menghidupkan kreativitas, memperkenalkan inovasi, dan meningkatkan kualitas destinasi wisata di tingkat lokal.
Melalui proses ini, desa-desa wisata mendapat kesempatan untuk menunjukkan potensi lokal mereka, serta berkolaborasi dalam menciptakan pengalaman wisata yang lebih unik dan autentik.
Lebih dari sekadar prestasi, ADWI menjadi sebuah katalisator strategis yang memperkuat keberlanjutan sektor pariwisata dengan mengedepankan prinsip-prinsip yang ramah lingkungan, inklusif, dan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Program ini mendorong pengelola desa wisata untuk tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga pada upaya menjaga kelestarian alam, budaya lokal, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan demikian, ADWI berperan penting dalam menciptakan ekosistem desa wisata yang lebih resilien dan siap menghadapi tantangan zaman.
Sebagai rekomendasi, program ADWI sangat layak untuk terus didorong dan diperluas cakupannya. Hal ini mengingat tantangan besar yang dihadapi dalam pengelolaan desa wisata di Indonesia, seperti masalah infrastruktur, kapasitas pengelola, hingga keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Dengan pendekatan yang lebih holistik dan terintegrasi, ADWI dapat menjadi solusi yang efektif dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut, serta memberikan dampak yang lebih besar bagi perkembangan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan di Indonesia.
Ditulis oleh:
Ferdian Dwi Saputra
Mahasiswa Program Magang MBKM UGM Batch III
Penyunting:
Hannif Andy Al Anshori