Branding pada desa wisata dan kampung wisata
Artikel

Membangun Identitas Desa Wisata Melalui Branding

Branding merupakan suatu upaya menciptakan identitas yang merepresentasikan suatu individu, organisasi, ataupun institusi. Pada masa kini, menampilkan branding merupakan kewajiban yang perlu dilakukan agar memperkuat posisi dan memperoleh pengakuan dari masyarakat umum.

Jika branding yang dimiliki unik dan memiliki ciri khas, akan lebih mudah pula mendapatkan perhatian masyarakat luas. Identitas yang kuat dalam branding juga dapat menciptakan persepsi yang positif dan membangun loyalitas audiens.

Mengapa desa wisata membutuhkan branding yang tepat?

Dalam konteks destinasi wisata, terkhususnya desa wisata, branding masih menjadi hal yang seringkali tidak diusahakan dan kurang diperhatikan. Mengapa bisa demikian?

Jika ditelaah lebih dalam, model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang terjadi di desa wisata biasanya tidak diimbangi dengan kesadaran yang cukup tentang pentingnya pembentukan branding untuk memperoleh brand awareness dari calon wisatawan. Banyak desa wisata cenderung lebih berfokus pada pengelolaan operasional tanpa mempertimbangkan bagaimana membangun identitas yang kuat agar lebih dikenal luas. 

Branding berperan penting dalam membentuk persepsi wisatawan terhadap desa wisata yang pada akhirnya dapat memengaruhi keputusan mereka untuk berkunjung. Identitas visual dan narasi yang menarik akan membantu desa wisata dalam membangun daya tarik emosional dan meningkatkan minat wisatawan melalui citra yang ditampilkan dalam berbagai media promosi.

Tidak hanya itu, branding yang kuat juga dapat meningkatkan kebanggaan masyarakat lokal. Hal ini berkaitan dengan sense of belonging atau rasa kepemilikan terhadap desa. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih terdorong untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata secara berkelanjutan.

Logo merupakan salah satu bagian dari branding. Namun, dengan memiliki logo saja sebenarnya tidak cukup. Branding juga mencakup tentang bagaimana membangun citra yang mampu menarik perhatian dan menanamkan kesan mendalam bagi wisatawan.

Elemen lainnya yang membentuk branding adalah konsistensi warna, tipografi, ikonografi, dan motif yang dapat digunakan pada setiap desain publikasi dan media lain. Elemen tersebut dapat digunakan untuk menciptakan ciri khas visual dari desa wisata. Berikut kami sertakan salah satu contoh branding yang pernah kami buat di Kampung Adat Prai Ijing, Kabupaten Sumba Barat.

Dengan citra yang kuat dan konsisten, desa wisata dapat meningkatkan daya saing dan membedakan diri dari destinasi lain. Tentu saja, citra ini perlu ditampilkan melalui berbagai media yang memiliki visibilitas tinggi dan mudah diakses oleh wisatawan.

Makin banyak dan konsisten penerapan branding, maka makin berpeluang pula citra yang ditampilkan dapat membekas di benak wisatawan. Hal ini bisa terjadi karena wisatawan terbiasa melihat warna-warna yang berulang, penggunaan tipografi yang sama, dan motif khas yang akhirnya diingat sebagai bentuk dari pengalaman mengenai suatu desa wisata.

Bagaimana cara membuat dan menentukan branding desa wisata?

Branding bisa diawali dengan membuat logo yang mencakup filosofi terkait identitas desa wisata. Logo perlu merepresentasikan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan disampaikan melalui visual logo yang sederhana. Mengapa perlu sederhana?

Hal ini dikarenakan logo harus dapat digunakan di berbagai media dan ukuran. Jika logo terlalu kompleks, akan menimbulkan berbagai masalah seperti detail yang tidak terbaca pada pengaplikasian logo di ukuran yang kecil.

Setelah memiliki logo, turunkan berbagai aspek dalam logo untuk menciptakan elemen branding lainnya. Gunakan warna-warna yang ada dalam logo ataupun warna sekundernya untuk digunakan secara dominan dalam desain. Berikutnya, tentukan font yang sesuai dengan karakteristik citra yang ingin dibentuk.

Jika ingin menciptakan citra yang kental akan budaya, gunakan font jenis “serif” ataupun “dekoratif” yang memiliki detail khusus. Jika ingin menonjolkan sisi profesional dan cenderung universal, gunakan font jenis ”sans” yang cenderung sederhana dan modern. 

Meskipun penggunaan jenis font sering kali dikaitkan dengan karakteristik brand, penggunaan font sebenarnya dapat dipadukan untuk menciptakan variasi. Oleh karena itu, paduan font juga dapat memperkuat identitas branding itu sendiri. Jika font dalam tipografi dapat digunakan bersamaan dengan logo dan warna secara konsisten dalam desain, akan menciptakan kesan profesional dan meningkatkan kepercayaan wisatawan.

Pada tahap lanjut, branding visual akan lebih lengkap jika memiliki elemen motif atau pattern. Motif dapat diciptakan dari motif batik lokal. Jika tidak ada, motif juga dapat terinspirasi dari lingkungan sekitar, seperti bunga, daun, atau hewan. Pada desa wisata yang memiliki spesialisasi kerajinan misalnya, motif juga dapat berasal dari bentuk-bentuk kerajinan yang dihasilkan. Jadi, motif sebagai pelengkap branding dapat terinspirasi dari banyak hal. 

branding di desa dan kampung wisata
Bentuk pattern dan warna dapat diambil dari lingkungan sekitar, salah satunya adalah kerajinan tenun. (Dokumentasi: Hannif, 2025)

Dalam menciptakan motif original ini diperlukan keterampilan khusus dalam desain grafis. Pembuatannya dapat menggunakan aplikasi menggambar yang ada di handphone saja atau pun di laptop dan komputer. Jika motif sudah dibuat, dapat digunakan dalam setiap desain sebagai pembeda dari branding desa wisata lain sekaligus menjadi ciri khas visual.

Penerapan elemen branding secara konsisten perlu ditunjukkan melalui berbagai media seperti media sosial, spanduk, dekorasi, hingga seragam. Selain akan memperkuat identitas desa wisata melalui warna-warna, logo, dan elemen lain, penggunaan branding secara konsisten menunjukkan sisi integrasi dan profesionalitas desa wisata. Hal ini akan berpengaruh pada citra yang terbentuk dalam pikiran wisatawan.

Jadi, sudah siap perkuat branding desa wisatamu?

Branding yang kuat akan membuat desa wisata lebih dikenal, menarik wisatawan, dan meningkatkan daya saing. Lebih dari sekadar logo, branding juga mencakup warna, tipografi, motif, dan konsistensi visual yang memperkuat citra serta menciptakan pengalaman wisata yang berkesan. Untuk tetap kompetitif, desa wisata perlu menerapkan strategi branding yang konsisten, beradaptasi dengan tren digital, dan mengembangkan inovasi desain.

Ditulis oleh:
Fernanda Tri Antono
Mahasiswa Program Magang MBKM UGM Batch III

Penyunting:
Hannif Andy Al Anshori

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.