Desa Wisata Institute
Pendampingan Baduy
Artikel

Kilas Balik dan Refleksi Pendampingan Desa Saba Budaya Baduy

Desa Saba Budaya merupakan desa adat yang kaya akan kearifan lokal. Sejak Juni hingga Desember 2023, desa ini telah menjadi lokasi kegiatan pembinaan dan pendampingan dari Desa Wisata Institute yang bekerja sama dengan PT BCA Tbk. Pemilihan lokasi pendampingan merupakan tindak lanjut kegiatan ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) 2022, di mana Saba Baduy masuk ke dalam 50 desa wisata terbaik.

Tentang Saba Budaya Baduy

Berbeda dari desa wisata umumnya. Desa Baduy tidak ingin menggunakan istilah desa wisata, melainkan Saba Budaya. Kata “Saba” memiliki makna “berkunjung”. Kata ini digunakan dengan maksud memberi pesan kepada setiap pengunjung untuk menghargai/menghormati adat dan budaya di Baduy. Kata “Saba” juga menjadi pembeda kawasan Baduy yang tidak ingin dianggap sebagai “objek wisata”, melainkan menjadi tempat dalam melangsungkan silaturahmi antarsesama.

Kawasan Baduy terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam dengan jumlah penduduk sekitar 26.000 jiwa. Kehidupan Baduy yang tradisional dengan arsitektur rumah tinggal sederhana menjadikan kawasan ini menarik untuk dikunjungi. Di samping itu, Suku Baduy menjalankan pola hidup yang sangat konservatif. Sampai saat ini, masyarakat Baduy terus mempraktikkan adat istiadat yang diturunkan secara turun-temurun.

Pendampingan Baduy

Kilas balik pendampingan Desa Wisata Institute

Kunci keberhasilan pembinaan dan pendampingan terletak pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal, lembaga adat, dan pendamping (dalam hal ini Desa Wisata Institute bersama PT BCA Tbk). Kerja sama yang kuat memungkinkan implementasi program-program yang berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan serta nilai-nilai lokal.

Di samping itu, pendampingan ini juga ditujukan guna memperkuat peran masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan sehingga kebijakan yang dihasilkan mencerminkan kebutuhan dan karakteristik budaya masyarakat Baduy.

Juni 2023: Asesmen lapangan dan kelompok diskusi terpumpun

Asesmen dan kelompok diskusi terpumpun menjadi langkah strategis pertama yang digunakan untuk memahami dan merencanakan pengembangan komunitas. Dalam hal ini, asesmen juga digunakan untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan tradisi lokal yang perlu dijaga dan diperkuat.

Sementara metode kelompok diskusi terpumpun digunakan untuk meninjau struktur sosial masyarakat serta identifikasi potensi konflik yang dapat terjadi. Proses ini tentunya melibatkan serta mengundang perwakilan lembaga adat dan masyarakat untuk berbicara tentang kebutuhan ataupun harapan mereka terhadap peningkatan kualitas Saba Budaya Baduy.

Juli 2023: Pendampingan tata kelola kelembagaan

Umumnya, setiap desa wisata memiliki Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sebagai organisasi pengelola kepariwisataannya. Namun, penggunaan nama tersebut tidak diperkenankan oleh tatanan adat sehingga Desa Wisata Institute bersama masyarakat membentuk Kelompok Pelestari Budaya Baduy. Kelompok ini kemudian disahkan oleh pemerintah desa melalui SK Kepala Desa Kanekes Nomor 27 Tahun 2023.

Sebelum program pendampingan masuk, tidak ada kelembagaan atau komunitas yang mengatur pelaksanaan kegiatan pengelolaan kunjungan Saba Budaya Baduy. Ke depan, masyarakat menyepakati bahwa setiap perencanaan dan pengelolaan Saba Budaya Baduy akan melalui Kelompok Pelestari Budaya Baduy.

September 2023: Pendampingan penyusunan paket Saba Budaya Baduy dan pengelolaan imah

Salah satu permasalahan yang terjadi di Baduy saat ini adalah adanya leakage (kebocoran ekonomi) dari perjalanan wisatawan. Kondisi ini tentunya memberi dampak ekonomi dan sosial yang tidak seimbang. Untuk itu, Desa Wisata Institute mendorong masyarakat untuk dapat menyusun paket Saba Budaya Baduy.

Tujuan utamanya bukan semata untuk mencapai keuntungan ekonomi, melainkan memperkenalkan keunikan budaya dan merancang pengalaman berkunjung (saba) sesuai dengan nilai dan tradisi Baduy. Adanya paket Saba Budaya Baduy juga memungkinkan adanya pemberdayaan masyarakat setempat dalam mengelola potensi dan aset dengan bijaksana serta berkelanjutan.

Oktober 2023: Pendampingan lanjutan tata kelola kelembagaan dan uji coba paket

Pada dasarnya, aturan adat Baduy tidak memperkenankan pariwisata masuk ke dalam tatanan masyarakat. Masyarakat Baduy memiliki ketakutan terhadap pengaruh modernisasi dan globalisasi yang dapat merubah fondasi kehidupan mereka. Untuk itu, mereka memilih untuk hidup dalam cara yang lebih tradisional sebagai bentuk resistensi terhadap perubahan yang dianggap dapat mengancam kestabilan pada nilai-nilai budaya.

Namun, sayangnya keaslian dan tradisi Baduy telah menarik perhatian media dan masyarakat umum. Akhirnya, interpretasi yang tidak tepat menciptakan narasi yang salah tentang esensi Baduy. Sampai saat ini, keunikan Baduy dianggap sebagai daya tarik wisata yang bisa didatangi kapan pun dan oleh siapa pun. Tak heran, hampir ribuan pengunjung setiap harinya masuk ke kawasan Baduy.

Tata kelola kelembagaan yang baik dapat menjadi landasan untuk mendukung pelestarian budaya, pembangunan berkelanjutan, dan kesejahteraan masyarakat secara holistik. Di samping itu, untuk menjaga keseimbangan antara permintaan pasar dan kesiapan masyarakat, tata kelola kelembagaan menjadi kunci.

Untuk itu, Desa Wisata Institute mendorong masyarakat dan Kelompok Pelestari Budaya Baduy membuat aturan main pengelolaan Saba Budaya Baduy yang sesuai dengan nilai-nilai lokal.

Pendampingan Baduy

November 2023: Uji coba paket lanjutan dan famtrip

Selain untuk menikmati dan mempromosikan kembali daya tariknya, kegiatan famtrip ditujukan untuk memperkenalkan kelembagaan yang baru dibentuk, yakni Kelompok Pelestari Budaya Baduy. Salah satu peran dari lembaga ini adalah untuk mengendalikan overtourism yang sudah mulai dirasakan dan diresahkan oleh sebagian masyarakat.

Baca juga: Famtrip Saba Budaya Baduy: Mendalami Kearifan Lokal Masyarakat Baduy

Desember 2023: Monitoring dan evaluasi

Melalui kegiatan monitoring dan evaluasi, masyarakat kelompok sasaran yang telah didampingi Desa Wisata Institute melakukan pemantauan terhadap aspek-aspek kunci, seperti dampak ekonomi dan sosial, budaya, dan keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, masyarakat dan stakeholder terkait dapat membuat keputusan yang tepat untuk pengembangan lebih lanjut.

Kegiatan monitoring dan evaluasi akhir tahun juga ditujukan untuk mendorong Kelompok Pelestari Budaya Baduy terlatih menyusun RTL (Rencana Tindak Lanjut). Harapannya, RTL tersebut dapat menjadi pedoman program kerja masyarakat yang dapat dilaksanakan dalam waktu jangka pendek, menengah, dan panjang.

Pendampingan Baduy

Catatan dan refleksi pendampingan

Meskipun telah banyak pencapaian positif dalam kurun waktu enam bulan (Juni s.d Desember 2023), tantangan tetap ditemui dalam perjalanan pembinaan dan pendampingan ini. Dalam kasus ini, keseimbangan antara pembangunan sosial-ekonomi dan pelestarian budaya tetap menjadi perhatian utama.

Dari perjalanan pendampingan ini, banyak catatan refleksi yang dapat diambil untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan tanpa mengorbankan kekayaan dan kearifan budaya.

  1. Kondisi Baduy untuk saat ini sudah cukup mengkhawatirkan, di mana potensi dan dampak overtourism mulai terlihat. Hal ini akan memberikan dampak merugikan terhadap nilai-nilai, perilaku, dan daya dukung lingkungan. Untuk itu, diperlukan adanya regulasi serta kode etik terkait pengelolaan yang berkelanjutan (salah satunya adalah pembatasan pengunjung).
  2. Masyarakat Baduy sangat menjaga nilai-nilai tradisional yang telah diatur dalam hukum adat sehingga memprioritaskan pelestarian budaya dan lingkungan dibanding mengejar industri pariwisata yang berlebihan. Pemikiran ini menggarisbawahi keinginan mereka tetap autentik, tempat di mana nilai-nilai leluhur dihormati dan hubungan harmonis dengan alam tetap dijaga tanpa terpengaruh oleh komersialisasi.
  3. Tantangan terbesar adalah pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai, norma, dan tradisi masyarakat Baduy. Kekuatan pendampingan terletak pada kemampuan untuk berintegrasi dan menghormati kearifan lokal.
  4. Memahami isu-isu lokal yang sensitif adalah kunci keberhasilan. Sensitivitas terhadap nilai-nilai dan norma budaya akan membantu pihak luar dalam menghindari konflik dan membangun hubungan yang harmonis.
  5. Dalam upaya memberikan dukungan, pelestarian dan pemajuan budaya Baduy harus menjadi fokus kegiatan pembinaan dan pendampingan. Salah satunya adalah membantu masyarakat mempertahankan identitas dan warisan budaya mereka sembari menyiapkan mitigasi terhadap perubahan-perubahan yang krusial.

Artikel ditulis oleh: Hannif Andy Al Anshori, S.Par (Founder dan mentor Desa Wisata Institute)

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.