Famtrip Saba Budaya Baduy: Mendalami Kearifan Lokal Masyarakat Baduy
Indonesia sangat kaya akan keberagaman budayanya, salah satunya tercermin dalam tatanan budaya dan kehidupan masyarakat adat Baduy. Terletak di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Desa Baduy menjadi salah satu lokasi kegiatan pembinaan dan pendampingan dari Desa Wisata Institute yang bermitra dengan PT BCA Tbk. Fokus pembinaan dan pendampingan ini adalah untuk memperkuat tata kelola kelembagaan dan manajemen pengunjung.
Menginjak bulan kelima kegiatan pembinaan dan pendampingan, Desa Wisata Institute menyelenggarakan kegiatan uji coba sekaligus familiarization trip (famtrip). Selain untuk menikmati dan mempromosikan daya tariknya, kegiatan famtrip ditujukan untuk memperkenalkan kelembagaan yang baru dibentuk, yakni Kelompok Pelestari Budaya Baduy. Kelembagaan ini dibentuk untuk mengendalikan dampak overtourism yang sudah mulai dirasakan oleh masyarakat.
Latar belakang lahirnya Kelompok Pelestari Budaya Baduy
Desa Saba Budaya Baduy terletak di dalam kawasan masyarakat adat Baduy yang terdiri dari dua bagian, yakni Baduy Dalam dan Baduy luar. Baduy dalam merupakan komunitas yang lebih tradisional dan memegang teguh adat istiadat leluhurnya. Sedangkan Baduy luar memiliki interaksi yang lebih terbuka dengan dunia luar.
Pada dasarnya, aturan adat Baduy tidak memperkenankan pariwisata masuk ke dalam tatanan masyarakat. Masyarakat Baduy memiliki ketakutan terhadap pengaruh modernisasi dan globalisasi yang dapat merubah fondasi kehidupan mereka. Untuk itu, mereka memilih untuk hidup dalam cara yang lebih tradisional sebagai bentuk resistensi terhadap perubahan yang dianggap dapat mengancam kestabilan dan nilai-nilai budaya.
Namun, sayangnya keaslian dan tradisi Baduy telah menarik perhatian media dan masyarakat umum. Akhirnya, interpretasi yang tidak tepat menciptakan narasi yang salah tentang esensi Baduy. Sampai saat ini, keunikan Baduy dianggap sebagai daya tarik wisata yang bisa didatangi kapan pun dan oleh siapa pun. Tak heran, hampir ribuan pengunjung setiap harinya masuk ke kawasan Baduy.
Baca juga: Suku Baduy Terganggu Wisatawan, Momen Tepat Batasi Turis
Masyarakat Baduy dikenal sebagai kelompok masyarakat yang hidup sederhana, bergantung pada hasil bumi, dan menjalani kehidupan sesuai dengan aturan adat yang telah diwariskan turun temurun. Tantangan bagi masyarakat Baduy adalah menemukan keseimbangan antara pelestarian alam, budaya, dan keberlanjutan ekonomi lokal. Untuk itu, pada Juli 2023, Desa Wisata Institute melalui program pembinaan dan pendampingan desa mitra BCA membentuk Kelompok Pelestari Budaya Baduy.
Dengan komposisi pengelolaan yang mayoritas berasal dari Baduy luar, Kelompok Pelestari Budaya Baduy memiliki peran penting dalam menjembatani antara keinginan untuk mempertahankan tradisi dan penerimaan kunjungan dari luar. Masyarakat Baduy luar juga menjadi pintu gerbang bagi pengunjung yang ingin mengenal dan menghormati kebudayaan Baduy tanpa merusak keasliannya.
Aktivitas selama famtrip
Selama kegiatan famtrip Desa Saba Budaya Baduy, peserta menyaksikan langsung berbagai kegiatan sehari-hari masyarakat Baduy, seperti saat berkebun, pembuatan tenun, dan lainnya. Rangkaian kegiatan ini ditawarkan oleh Kelompok Pelestari Budaya Baduy melalui paket Saba Budaya Baduy.
Menariknya, setiap elemen dalam paket tersebut dirancang dengan cermat oleh masyarakat lokal sehingga atraksi dan kegiatannya mencakup kegiatan sehari-hari mereka. Mulai dari penginapan hingga kegiatannya, keseluruhannya diatur agar mencerminkan keaslian budaya Baduy.
Tidur di rumah (imah) masyarakat
Salah satu daya tarik utama paket Saba Budaya Baduy ini adalah pengalaman bermalam di rumah masyarakat atau yang disebut “imah”. Ini bukan sekadar tempat menginap, tetapi juga kesempatan langka untuk merasakan keramahan dari masyarakat Baduy. Peserta famtrip dapat berinteraksi dengan keluarga yang menempati imah dan mendengarkan cerita-cerita menarik dari tuan rumah.
Pembelian produk lokal dan belajar pembuatannya
Sebagai bagian dari konsep berdaya, setiap peserta famtrip juga diajak untuk membeli produk lokal dan kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat Baduy. Hal ini tentunya tidak hanya memberikan dukungan ekonomi langsung kepada masyarakat, tetapi juga memberi apresiasi terhadap keahlian dan budaya mereka.
Selain itu, paket Saba Budaya Baduy memberikan kesempatan bagi peserta famtrip untuk ikut serta dalam berbagai aktivitas masyarakat. Dari prosesi mengenyam gelang hingga pembuatan tenun, para peserta famtrip dapat mengalami secara langsung bagaimana masyarakat Baduy menjalani kehidupan sehari-hari mereka.
Filosofi hidup dan keseimbangan
Dalam era modern ini, di mana nilai-nilai tradisional seringkali tergeser oleh arus globalisasi, Kelompok Pelestari Budaya Baduy menekankan pentingnya warisan budaya dan tradisi lisan. Melalui cerita-cerita dan petuah yang disampaikan dengan penuh kearifan, masyarakat Baduy berusaha menjaga agar nilai-nilai mereka tidak dilupakan.
Masyarakat Baduy juga membagikan filosofi hidup mereka yang erat kaitannya dengan keseimbangan alam. Peserta famtrip dapat mendengarkan bagaimana masyarakat Baduy menjalani kehidupan dengan tetap menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan roh leluhurnya. Misalnya saja saat mengisi kegiatan makan malam bersama, peserta famtrip berkumpul untuk mendengarkan pikukuh adat yang langsung disampaikan oleh Kokolot (pemangku adat) Baduy.
Peserta famtrip Desa Saba Budaya Baduy: Daya Hadid (influencer), Mahendra Duta (influencer), Mardhatillah Ramadhan (media TelusuRi), Khoirur Rosyidi (PT Travel Saka Plus dan FOSIPA), Cipta Ningtyas (Ketua Desa Wisata Pentingsari), Yitno Purwoko (akademisi STIE Pariwisata API Yogyakarta), Hannif Andy, Andi Irawanto, dan Shafandra (Desa Wisata Institute).
Artikel ditulis oleh: Hannif Andy Al Anshori, S.Par (Founder dan mentor Desa Wisata Institute)