Desa Wisata Institute
Pendampingan Desa Wisata Institute di Gunung Padang
Artikel

Pendampingan Tata Kelola Homestay dan Penguatan Kelembagaan Desa Wisata Situs Gunung Padang

Memasuki bulan kelima, kegiatan pendampingan di Desa Wisata Situs Cagar Budaya Gunung Padang dilaksanakan secara lebih intens. Berbeda dari bulan-bulan sebelumnya, kegiatan pendampingan yang dilaksanakan pada Oktober ini berlangsung selama satu pekan, yakni pada 23–30 Oktober 2023. Adapun mentor dan fasilitator yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Hannif Andy Al Anshori, Tri Harjono, Jhony Fonsen, dan Shafandra Lazuardi.

Dalam upaya mencapai standar kualitas layanan, Desa Wisata Institute memfasilitasi para pelaku homestay dengan memberikan pendampingan tata kelola, sistem distribusi tamu, standardisasi harga, dan fasilitas, serta implementasi CHSE. Selain mengumpulkan masyarakat melalui diskusi forum, kegiatan pendampingan juga dikemas dalam format door to door. Dari model pendampingan inilah, dialog dan penilaian dampak dilakukan. Menariknya, banyak progres positif yang dijumpai, baik itu dari penataan kamar, kebersihan, serta layanan yang diberikan.

Pengembangan inovasi program pendampingan untuk terus mendorong semangat Pokdarwis dan pelaku homestay juga terus dilakukan Desa Wisata Institute. Salah satu bentuk inovasi program yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan gelar lomba homestay. Kegiatan ini setidaknya melibatkan 15 pelaku homestay di Desa Wisata Situs Cagar Budaya Gunung Padang.

Dilangsungkannya gelar lomba homestay ini secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan standardisasi fasilitas dan layanan. Dengan demikian, program ini telah berkontribusi dalam meningkatkan aspek tata kelola, pemberdayaan ekonomi lokal, sekaligus peningkatan layanan prima. Pemberian apresiasi dari gelar lomba homestay ini rencananya akan diselenggarakan pada Januari 2024 mendatang.

Pendampingan di bidang lingkungan

Selain tata kelola homestay, Desa Wisata Institute juga melakukan analisis terhadap model pengelolaan sampah di kawasan Situs Cagar Budaya Gunung Padang. Dalam pengamatan kami, model pengelolaan sampah wisatawan dan rumah tangga dimulai dari proses buttom up, di mana Pokdarwis sebagai inisiatornya. Selain menjaga kebersihan di lingkungan situs, program pengendalian sampah ini berhasil mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Pendampingan penguatan kelembagaan

Memasuki hari keempat, Desa Wisata Institute juga melangsungkan pertemuan bersama Pokdarwis dan masyarakat untuk membahas penyusunan AD/ART kelembagaan. Dokumen AD/ART dipandang sebagai instrumen dalam organisasi yang sangat penting untuk dimiliki oleh Pokdarwis. Selain untuk mengatur jalannya organisasi, AD/ART menjadi panduan dalam mengelola sumber daya, baik pariwisata maupun manusia.

Proses diskusi panjang ini pada akhirnya menghasilkan beberapa output, seperti visi misi kelembagaan, logo organisasi, mekanisme pengambilan keputusan, pengaturan keuangan, hingga pengaturan hak dan kewajiban pengurus. Pada akhirnya, rancangan AD/ART lembaga pengelola Desa Wisata Situs Cagar Budaya Gunung Padang disepakati untuk kemudian dibahas secara lebih formal.

Disamping persyaratan legalitas yang lengkap, kemajuan dan kemandiran desa wisata juga dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kemitraan yang menguntungkan. Dengan begitu, Desa Wisata Institute hadir menjadi jembatan untuk mempertemukan pengelola desa wisata dengan unsur karang taruna dan pemerintah, dalam kesempatan ini adalah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Pertemuan tersebut diharapkan dapat menjalin sinergitas kemitraan, utamanya dalam pengelolaan kawasan hutan pinus di Gunung Karuhun.

Pendampingan persiapan ujicoba paket dan famtrip

Guna mengukur kualitas produk dan layanan yang telah disiapkan melalui kegiatan pembinaan, Desa Wisata Institute juga melakukan pendampingan dalam persiapan famtrip. Kegiatan ini setidaknya melibatkan beberapa kelompok masyarakat, di antaranya pemerintah desa, Pokdarwis, kelompok wanita tani, dan pelaku homestay. Harapannya, dengan adanya pertemuan ini, masyarakat makin terbiasa untuk melakukan koordinasi dan komunikasi, khususnya saat akan menerima kunjungan, baik dalam jumlah kecil maupun besar.

Artikel ditulis oleh: M. Jhony Fonsen (mahasiswa MBKM – Pariwisata UGM). Disunting oleh: Hannif Andy Al Anshori, S.Par (Founder dan mentor Desa Wisata Institute)

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.